Romansa Cinta yang Penuh Harapan
Senin, 16 Desember 2019
Add Comment
Romansa Cinta yang Penuh Harapan
(Menilik “MAYANG” karya LY. Misnoto)
Oleh: Ayub Kumalla
Puisi adalah sebentuk kreativitas sastra yang perlu diapresiasi. Para pemuisi pemula harus diberikan dukungan dan semangat untuk terus berkarya. Salah satu wujud kreasi sastra yang muncul adalah puisi yang merupakan guratan hasil pengalaman indrawi seorang penulis puisi (pemuisi, Red). Partner dari seorang penulis adalah pembaca atau boleh dikatakan dalam hal ini ialah penikmat karya sastra.
Pembaca yang berkedudukan sebagai seorang penafsir memiliki hak untuk memberikan makna pada karya sastra yang menjadi objek pemahamannya. Karya sastra adalah hasil budi dan daya manusia yang pengaruhnya telah terbukti mampu mengubah dunia. Bukan hanya sebatas ratapan kekecewaan, arena meluapkan perasaan hampa, sepi, sedih, atau sakit yang masih akrab di beberapa karya. Bahkan boleh dikatakan cuma sebagai tempat untuk berkeluh kesah. Bukan! Makna sastra lebih dari itu.
Dalam menciptakan sebuah puisi, berbeda halnya dengan menciptakan sebuah cerpen ataupun novel. Di dalam puisi kita kenal ada sebuah kebebasan dalam menciptakan bahasa, yakni licentia poetica. Namun, mungkin kurang banyak yang memahami bahwa dalam menciptakan bahasa pemuisi atau penyair juga terikat oleh konvensi tertentu. Konvensi itulah yang menjadikan puisi tidak sama dengan igauan, catatan harian, atau ujaran yang ditulis secara apa adanya dengan hanya ditipografi (bangun baris) seperti puisi.
Seturut kata Isbedy Stiawan ZS, seorang penyair terkenal asal provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai atau lebih dikenal dengan sebutan “Paus Lampung”. Menulis puisi menurutnya adalah kegiatan yang tidak mudah. Ia menganalogikan menulis puisi itu seperti berdarah-darah. Seseorang yang berhasil menurutnya bukanlah orang yang di rumahnya terpampang sertifikat-sertifikat ataupun piala. Akan tetapi, orang yang selalu terbuka dengan pelbagai kritik. Karena kritikan adalah sebuah bentuk penghargaan dan perhatian bagi individu untuk menjadi lebih baik lagi.
Pemuisi atau penyair bersuara dalam puisi. Ia ingin membayangkan dirinya di dalam kata-katanya. Ia tidak akan puas sebelum dirinya terucap dengan sepenuhnya di dalam puisi. Karya-karyanya yang terserak di dalam puisi merupakan persaksian pengalaman-pengalamannya, terutama pengalaman batinnya yang mengacu pribadinya. Bisa juga pengalaman indrawi melalui kejadian di lingkungan sekitarnya menjadi inspirasi dalam menulis puisi.
Membaca naskah himpunan puisi berjudul “MAYANG” karya LY. MISNOTO, penulis yang dilahirkan di Pulau Giliraja, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, pada tahun 1998 ini, sepertinya ia masih terkungkung dalam kesalahan kebanyakan pemula. Idenya masih terkontaminasi dengan kebanyakan ide sinetron di banyak stasiun televisi yang itu-itu saja. Secara global, ide dari himpunan puisi Misnoto masih terkesan biasa dan “mengekor” kebanyakan puisi remaja beranjak dewasa.
Meskipun demikian, Misnoto menyajikan puisi-puisinya dengan curahan penuh pengharapan. Mari kita simak beberapa puisinya berikut:
KUTITIPKAN PARASMU PADA JANUARI
kutitipkan parasmu pada Januari
sebab itulah salah satu cara
agar kita dapat menuai kehidupan
pada cerita tahun yang baru
parasmu bercahaya keemasan
sejuk menjadi pandangan insan
hingga tuan-puan berebutan
biar parasmu tidak tenggelam dalam bulan
Giliraja, 2019
PEREMPUAN DALAM DOA
kurangkai sebait sajak
dari sebaris doa
sebelum embun jatuh
pada sepotong sisa malam
kuselipkan seorang perempuan
agar terjaga dalam usia waktu
meski jauh dari sepanjang pandangan
kuhaturkan untuk malam
sebab pintu-pintu perjalanan
segera tertutup dengan pejaman
sajak itu berdiksi waktu
sesekali menyampaikan ucap
dari seorang perempuan purnama
bahwa ia telah berlalu
Malang, 2019
BERSAMAMU DALAM HUJAN
perjalanan yang menghadirkan mendung
dari atas motor kota putuskan usia
aku berkombinasi pada cahaya
setelah hilang dalam jalan panjang
nadimu bergetar
seperti jantung langit
yang menghadirkan guntur
arah pun sepertinya menghadang
: tak mengizinkan
entah, mungkin ia sedang cemburu
biarkan saja, kita nikmati senandung
dari rintik hujan tanpa genangan
bersammu dalam hujan
adalah doa harapan yang berliku
setelah usia akan berlalu
nanti kita akan pergi bersama
mencari genangan hujan
yang sempat hilang
dalam roda waktu
Malang, 2019
PADA BULAN CINTA
ayat-ayat yang lahir dari kasih sayang
bercahaya di seluruh penjuru
bersama purnama di hatimu
di setiap helai bahagia
kuselalu memanjatkan doa
agar butir-butir air matamu
tak pernah jatuh
pada bulan cinta ini
akan kuukir senyummu
hingga keabadian musnah
pada abad sangkakala
dalam kasih sayang
kuikrarkan kesucian rasa
tercatat pada lembaran semesta
dan terkenang menggantikan
cerita romeo dan juliet
ikrar nan suci
akan menjadi lorong
menuju pintu hati
antara ilahi dan birahi
padamu, di bulan cinta ini
akan aku abadikan segalanya
menjadi surah-surah cinta
dalam sejarah pertemuan
Malang, 2019
Harapan-harapan tersebut mengingatkan pada Mayang dalam adat jawa, yang mana dalam adat jawa dikenal ritual ‘kembar mayang’ pada acara perkawinan. Di mana jika dimaknai secara terpisah, dalam bahasa jawa kembar diartikan sama dan mayang berarti bunga. Maksudnya adalah pengantin itu sama keinginannya, sama cintanya, sama tujuannya (1788:13). Hal inilah yang yang menjadi harapan si aku lirik pada puisi-puisi Misnoto.
Tentu saja masih banyak yang dapat kita maknai dalam puisi-puisi Misnoto, namun di sini saya tidak akan mengulas secara keseluruhannya. Jika kita tarik benang merah, puisi-puisi yang disajikan Misnoto ini tentunya sangat menyentuh. Meski ide yang diusungnya telah banyak digunakan pada puisi-puisi remaja, tetapi Misnoto terlihat lihai dalam menggunakan metafor dan apik dalam membalut idenya ke dalam rangkaian kata-kata penuh makna.
Hal yang terpenting adalah puisi yang disajikannya di dalam naskah ini secara keseluruhan memberikan pesan kepada kita, khususnya laki-laki; dibalik kesuksesan seorang pria terdapat wanita hebat di sisinya. Maka, hargailah dan muliakanlah dia. Dan Misnoto akhirnya mendedikasikan himpunan puisi ini kepada para perempuan atau wanita yang menjadi penerang dalam gelap. Akhir kata, semoga puisi-puisi Misnoto akan terus terpublikasi dan menjadi lebih baik dari hari ini sehingga kita dapat terus menikmati karya-karyanya.
Hal yang terpenting adalah puisi yang disajikannya di dalam naskah ini secara keseluruhan memberikan pesan kepada kita, khususnya laki-laki; dibalik kesuksesan seorang pria terdapat wanita hebat di sisinya. Maka, hargailah dan muliakanlah dia. Dan Misnoto akhirnya mendedikasikan himpunan puisi ini kepada para perempuan atau wanita yang menjadi penerang dalam gelap. Akhir kata, semoga puisi-puisi Misnoto akan terus terpublikasi dan menjadi lebih baik dari hari ini sehingga kita dapat terus menikmati karya-karyanya.
Salam hangat.
Ayub Kumalla, S.Pd
(Guru, Penulis, Pemerhati Puisi, Pendiri Rumah Baca Pustaka Awan, dan Wakil Ketua Komunitas Penulis Kreatif [KPKers] Lampung Selatan)
Penyunting : Irma Dewi Meilinda (Ketua KPKers Lampung, Owner IDM Publishing, etc)
Penyunting : Irma Dewi Meilinda (Ketua KPKers Lampung, Owner IDM Publishing, etc)
0 Response to "Romansa Cinta yang Penuh Harapan"
Posting Komentar