-->

Romansa Cinta yang Penuh Harapan

Romansa Cinta yang Penuh Harapan
(Menilik “MAYANG” karya LY. Misnoto)
Oleh: Ayub Kumalla



Puisi adalah sebentuk kreativitas sastra yang perlu diapresiasi. Para pemuisi pemula harus diberikan dukungan dan semangat untuk terus berkarya. Salah satu wujud kreasi sastra yang muncul adalah puisi yang merupakan guratan hasil pengalaman indrawi seorang penulis puisi (pemuisi, Red). Partner dari seorang penulis adalah pembaca atau boleh dikatakan dalam hal ini ialah penikmat karya sastra.

Pembaca yang berkedudukan sebagai seorang penafsir memiliki hak untuk memberikan makna pada karya sastra yang menjadi objek pemahamannya. Karya sastra adalah hasil budi dan daya manusia yang pengaruhnya telah terbukti mampu mengubah dunia. Bukan hanya sebatas ratapan kekecewaan, arena meluapkan perasaan hampa, sepi, sedih, atau sakit yang masih akrab di beberapa karya. Bahkan boleh dikatakan cuma sebagai tempat untuk berkeluh kesah. Bukan! Makna sastra lebih dari itu.

Dalam menciptakan sebuah puisi, berbeda halnya dengan menciptakan sebuah cerpen ataupun novel. Di dalam puisi kita kenal ada sebuah kebebasan dalam menciptakan bahasa, yakni licentia poetica. Namun, mungkin kurang banyak yang memahami bahwa dalam menciptakan bahasa pemuisi atau penyair juga terikat oleh konvensi tertentu. Konvensi itulah yang menjadikan puisi tidak sama dengan igauan, catatan harian, atau ujaran yang ditulis secara apa adanya dengan hanya ditipografi (bangun baris) seperti puisi.

Seturut kata Isbedy Stiawan ZS, seorang penyair terkenal asal provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai atau lebih dikenal dengan sebutan “Paus Lampung”. Menulis puisi menurutnya adalah kegiatan yang tidak mudah. Ia menganalogikan menulis puisi itu seperti berdarah-darah. Seseorang yang berhasil menurutnya bukanlah orang yang di rumahnya terpampang sertifikat-sertifikat ataupun piala. Akan tetapi, orang yang selalu terbuka dengan pelbagai kritik. Karena kritikan adalah sebuah bentuk penghargaan dan perhatian bagi individu untuk menjadi lebih baik lagi.

Pemuisi atau penyair bersuara dalam puisi. Ia ingin membayangkan dirinya di dalam kata-katanya. Ia tidak akan puas sebelum dirinya terucap dengan sepenuhnya di dalam puisi. Karya-karyanya yang terserak di dalam puisi merupakan persaksian pengalaman-pengalamannya, terutama pengalaman batinnya yang mengacu pribadinya. Bisa juga pengalaman indrawi melalui kejadian di lingkungan sekitarnya menjadi inspirasi dalam menulis puisi.

Membaca naskah himpunan puisi berjudul “MAYANG” karya LY. MISNOTO, penulis yang dilahirkan di Pulau Giliraja, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, pada tahun 1998 ini, sepertinya ia masih terkungkung dalam kesalahan kebanyakan pemula. Idenya masih terkontaminasi dengan kebanyakan ide sinetron di banyak stasiun televisi yang itu-itu saja. Secara global, ide dari himpunan puisi Misnoto masih terkesan biasa dan “mengekor” kebanyakan puisi remaja beranjak dewasa.

Meskipun demikian, Misnoto menyajikan puisi-puisinya dengan curahan penuh pengharapan. Mari kita simak beberapa puisinya berikut:

KUTITIPKAN PARASMU PADA JANUARI 

kutitipkan parasmu pada Januari 
sebab itulah salah satu cara 
agar kita dapat menuai kehidupan 
pada cerita tahun yang baru 
parasmu bercahaya keemasan 
sejuk menjadi pandangan insan 
hingga tuan-puan berebutan 
biar parasmu tidak tenggelam dalam bulan 

Giliraja, 2019

PEREMPUAN DALAM DOA 

kurangkai sebait sajak 
dari sebaris doa 
sebelum embun jatuh 
pada sepotong sisa malam 

kuselipkan seorang perempuan 
agar terjaga dalam usia waktu 
meski jauh dari sepanjang pandangan 

kuhaturkan untuk malam 
sebab pintu-pintu perjalanan 
segera tertutup dengan pejaman 

sajak itu berdiksi waktu 
sesekali menyampaikan ucap 
dari seorang perempuan purnama 
bahwa ia telah berlalu 

Malang, 2019

BERSAMAMU DALAM HUJAN 

perjalanan yang menghadirkan mendung 
dari atas motor kota putuskan usia 
aku berkombinasi pada cahaya 
setelah hilang dalam jalan panjang 

nadimu bergetar 
seperti jantung langit 
yang menghadirkan guntur 

arah pun sepertinya menghadang 
: tak mengizinkan 

entah, mungkin ia sedang cemburu 
biarkan saja, kita nikmati senandung 
dari rintik hujan tanpa genangan 

bersammu dalam hujan 
adalah doa harapan yang berliku 
setelah usia akan berlalu 
nanti kita akan pergi bersama 
mencari genangan hujan 
yang sempat hilang 
dalam roda waktu 

Malang, 2019

PADA BULAN CINTA 

ayat-ayat yang lahir dari kasih sayang 
bercahaya di seluruh penjuru 
bersama purnama di hatimu 

di setiap helai bahagia 
kuselalu memanjatkan doa 
agar butir-butir air matamu 
tak pernah jatuh 

pada bulan cinta ini 
akan kuukir senyummu 
hingga keabadian musnah 
pada abad sangkakala 

dalam kasih sayang 
kuikrarkan kesucian rasa 
tercatat pada lembaran semesta 
dan terkenang menggantikan 
cerita romeo dan juliet 

ikrar nan suci 
akan menjadi lorong 
menuju pintu hati 
antara ilahi dan birahi 
padamu, di bulan cinta ini 
akan aku abadikan segalanya 
menjadi surah-surah cinta 
dalam sejarah pertemuan 

Malang, 2019

Harapan-harapan tersebut mengingatkan pada Mayang dalam adat jawa, yang mana dalam adat jawa dikenal ritual ‘kembar mayang’ pada acara perkawinan. Di mana jika dimaknai secara terpisah, dalam bahasa jawa kembar diartikan sama dan mayang berarti bunga. Maksudnya adalah pengantin itu sama keinginannya, sama cintanya, sama tujuannya (1788:13). Hal inilah yang yang menjadi harapan si aku lirik pada puisi-puisi Misnoto.

Tentu saja masih banyak yang dapat kita maknai dalam puisi-puisi Misnoto, namun di sini saya tidak akan mengulas secara keseluruhannya. Jika kita tarik benang merah, puisi-puisi yang disajikan Misnoto ini tentunya sangat menyentuh. Meski ide yang diusungnya telah banyak digunakan pada puisi-puisi remaja, tetapi Misnoto terlihat lihai dalam menggunakan metafor dan apik dalam membalut idenya ke dalam rangkaian kata-kata penuh makna.

Hal yang terpenting adalah puisi yang disajikannya di dalam naskah ini secara keseluruhan memberikan pesan kepada kita, khususnya laki-laki; dibalik kesuksesan seorang pria terdapat wanita hebat di sisinya. Maka, hargailah dan muliakanlah dia. Dan Misnoto akhirnya mendedikasikan himpunan puisi ini kepada para perempuan atau wanita yang menjadi penerang dalam gelap. Akhir kata, semoga puisi-puisi Misnoto akan terus terpublikasi dan menjadi lebih baik dari hari ini sehingga kita dapat terus menikmati karya-karyanya.

Salam hangat.
Ayub Kumalla, S.Pd
(Guru, Penulis, Pemerhati Puisi, Pendiri Rumah Baca Pustaka Awan, dan Wakil Ketua Komunitas Penulis Kreatif [KPKers] Lampung Selatan)

Penyunting : Irma Dewi Meilinda (Ketua KPKers Lampung, Owner IDM Publishing, etc)

0 Response to "Romansa Cinta yang Penuh Harapan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel